Selamat Datang Di Beranda Yang Sangat Sederhana Ini....... ^_^

konsep PMS (premenstrual syndrome)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006)..

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi premenstrual syndrome (PMS)?
2. Faktor yang menyebabkan premenstrual syndrome (PMS)?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai peradangan pada genitalia wanita pada umumnya dan wanita premenstrual syndrome (PMS) pada khususnya.

1.3.2 Tujuan Khusus
1.  Mahasiswa dapat memahami apa itu yang dimaksud ibu dengan infeksi kehamilan
2.  Mahasiswa dapat mengerti dan memahami apa penyebab ibu dengan infeksi kehamilan
3.  Mahasiswa mampu mengetahui gejala ibu dengan infeksi kehamilan
4.  Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari ibu dengan infeksi kehamilan
5. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana cara mengenali ibu dengan infeksi kehamilan
6. Mahasiswa mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan yang dapat diberikan.



BAB II
KONSEP PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
A. Pengertian
  • Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
  • Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).
  • Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).
  • Premenstrual syndrome (PMS) merujuk pada kumpulan gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan berakhir dengan awitan menstruasi (Varney, 2006).
  • Sindrom premenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam fase luteal dari siklus haid. Gejala-gejala itu menyembuh dengan datangnya haid atau dalam 2-3 hari setelah haid mulai (Rayburn, 2001).

B. Penyebab
  • Terdapat banyak teori tentang etiologi dari PMS, dan tidak ada teori atau patofisiologi yang dapat diterima secara universal. Kenaikan estrogen dikemukakan sebagai penyebab (Rayburn, 2001).
  • Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema (Wiknjosastro, 2005).
  • Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Maulana, 2008).
  • Keluhan premenstrual syndrome (PMS) belum ditemukan penyebabnya secara pasti namun ada yang mengaitkan dengan zat gizi tertentu seperti gangguan metabolisme asam lemak esensial ataupun kekurangan vitamin B6 dan mineral kalsium (Bardosono, 2006).

C. Gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
  • Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dan sebagainya, sedang pada kasus-kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas (Wiknjosastro, 2005). Dikatakan PMS jika ditemukan 8 gejala yang sering muncul atau terjadi (Maulana, 2008).
  • Rayburn (2001), mengklasifikasikan gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS) berdasarkan gangguan pada fungsi fisik dan emosional. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS)
D. Faktor Yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrome (PMS)

    1. Diet
  • Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
 
  2.  Defisiensi zat gizi makro dan mikro
  • Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi, 2007).
  
 3.  Status perkawinan
  • Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
  • Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).

    4.  Usia
  • PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).

  
 5.  Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS)
  • Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).

    6.  Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.

    7.  Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.

E. Penanganan Premenstrual Syndrome (PMS)

Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
  1. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.
  2. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.
  3. Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.

Pencegahan dan penanganan premenstrual syndrome (PMS) antara lain:
    a.  Edukasi dan konseling
  • Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedag terjadi.
   b.  Modifikasi gaya hidup dan komunikasi
  • Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
   c.  Diet (pola konsumsi)
  • Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome (PMS).
   d.  Olahraga /latihan fisik
  • Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
   e.  Obat-obatan
  • Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.
  • Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.
  • Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.
  • Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
  • Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.

F. Asuhan Keperawatan
      1. Pengkajian
            Identitas klien ; meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama ; nyeri pada kepala, punggung, perut bagian bawah, payudara.
Riwayat keperawatan ; sejak kapan, semakin memburuknya kondisi, upaya yang dilakukan selama menderita penyakit.
      2. Pemeriksaan Fisik
·   B1 (Breathing)
·   B2 (Bleeding)
·   B3 (Brain); nyeri, kesemutan, konsentrasi terganggu.
·   B4 (Bladder)
·   B5 ( Bowel)
·   B6 (Bone)

      3. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang PMS
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan anatomi wajah
d. Konstipasi berhubungan stress emosi,perubahan pembatasan masukan diet
e.  Perubahan pola tidur berhubungan psikologis(kerusakan neurologis),perubahan pola aktivitas .

      4. Intervensi
Diagnosa 1 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang PMS 
- Jelaskan kepada pasien tentang apa itu PMS
Rasional : menurunkan takut dan cemas terhadapdiadnosa PMS
- Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasienseperti sebelumnya
Rasional : meyakinkan pasien bahwa peran dalam,keluarga dan kerja tidak berubah

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 
- Instruksikan pasien tentang tekhik penghematanenergy misalnya duduk saat menyisir rambut ataumenyikat gigi, melakukan aktivitas ddenganperlahan.
Rasional : teknik menghemat energy mengurangipenggunaan energy, juga membantu keseimbanganantara suplai dan oksigen.

Diagnosa 3 : Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan anatomi wajah 
- Diskusikan arti perubahan dengan pasien,identifikasi persepsi situasi/harapan yang akan datang.
Rasional : alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalahuntuk memfokuskan perhatian dan intervensi secarakonstruktif.
- Susun batasan pada prilaku  maladaftif, bantu pasienmengidentifikasi prilaku positif yang akan membaik.
Rasional : Penolakan dapat menurunkan harga diri da akanmempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.


Diagnosa 4 : Konstipasi berhubungan stress emosi, perubahan pembatasan masukan diet 
- Berikan privasi
Rasional : meningkatkan kenyamanan secara psikologis
- Anjurkan untuk melakukan pergerakan/ambulasi sesuai
Rasional : menstimulasi peristaltik yangmemfasilitasi kemungkinan terbentuknya

Diagnosa 5 : Perubahan pola tidur berhubungan dengan tekanan psikologis(kerusakan neurologis), perubahan pola aktivitas.
- Berikan kesempatan untuk istirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang meningkatkan waktu tidur
-  Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung
Rasional : meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
-  Turunkan jumlah minum pada sore hari, lakukan berkemih sebelum tidur
Rasional : menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamarmandi berkemih selama malam hari
-  Putarkan music yang lembut atau suara yang jernih
Rasional : menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak




























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).

3.2 Saran
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena Premenstrual syndrome (PMS) tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit Premenstrual syndrome (PMS) tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya infeksi penyakit ini.
Perawat atau bidan harus memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.













DAFTAR PUSTAKA
  1. Ali, M dan Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara
  2. Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
  3. Aziz, S. 2007. Gizi Remaja Menuju Reporoduksi Sehat. Http://www.indomp3z.us/ showthread.php?t=70183. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 20.00 WIB
  4. Bardosono, S. 2006. Gizi Sehat untuk Perempuan. Jakarta : FKUI
  5. Departemen FKM UI. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
  6. Hendra, Arif W. 2008. Konsep Status Gizi. Http://ajangberkarya.wordpress. com/2008/05/20/konsep-status-gizi/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2009 : 19.30 WIB
  7. Karyadi, E. 2007. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. Http://www.Indomedia. com. Diakses pada tanggal 29 April 2009 : 16.00 WIB
  8. Mason, P. 2007. Diet and Premenstrual Syndrome. Http://www.healthy.net/index. asp. Diakses pada tanggal 29 Apil 2009 : 17.00 WIB
  9. Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008. Http://razimaulana.files.wordpress. com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 10.00 WIB
  10. Monks, F.J, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
  11. Naylor, C. Scott. 2004. Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC
  12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar